Bantul (MTsN 9 Bantul)—Berbeda dengan Masa Orientasi Siswa Madrasah (Matsama) pada umumnya, MTsN 9 Bantul mengajak siswa-siswi baru untuk bermain roleplay pada hari kedua, Kamis (14/07/2022). Roleplay yang dimainkan siswa terbagi dalam empat tema besar, yaitu Wawasan Kebangsaan, Moderasi Beragama, Antikekerasan, dan Budaya Lokal. Mawar Udin, S.Pd.I., selaku Ketua Panitia Matsama MTsN 9 Bantul mengatakan, kegiatan roleplay merupakan inovasi tahun ini. Ia menjelaskan bahwa ide awal inovasi tersebut berasal dari Kepala MTsN 9 Bantul, Nur Hasanah Rahmawati, S.Ag., M.M.

 

“Pimpinan kami menghendaki adanya roleplay sehingga siswa tidak sekadar menyimak materi, tetapi sekaligus praktik dalam sebuah pementasan,” tutur Mawar.

 

Dihubungi melalui WhatsApp, Atik, sapaan akrab Kepala MTsN 9 Bantul membenarkan keterangan Mawar. Ia mengaku ingin membuat siswa-siswi lebih memahami keempat tema yang diangkat. Selain itu, jika materi hanya diberikan dalam bentuk ceramah, menurut Atik hasilnya tidak maksimal.

 

“Kalau materi berat seperti moderasi beragama, wawasan kebangsaan, antikekerasan, dan budaya lokal diberikan melalui ceramah, siswa bisa cepat bosan,” jelasnya, “dengan roleplay mereka akan lebih menikmati,” imbuh Atik yang tengah mengikuti kegiatan di luar kota.

 

Setiap kelas dibagi menjadi empat kelompok dengan tema masing-masing. Siswa-siswi diberi kebebasan untuk membuat cerita dengan pendampingan OSIM dan wali kelas. Setelah diskusi dan latihan, siswa diberi kesempatan mempresentasikan roleplay di hadapan teman sekelas. Meski demikian, di akhir Matsama hari kedua, MTsN 9 Bantul tetap memberikan epilog untuk menyimpulkan hasil diskusi siswa.

 

Tri Sutrisni Wahyuningsih, S.Pd., guru Pendidikan Kewarganegaraan, tampil sebagai narasumber dalam epilog tersebut. Trisni memberikan konklusi bahwa di dalam keberagaman yang ada di sekitar dibutuhkan adanya saling memahami satu sama lain. Menurut Trisni, dengan saling memahami perbedaan itulah seseorang telah memahami pula arti kebangsaan dan cinta tanah air. Dengan begitu, siswa-siswi akan terhindar dari sikap yang mengedepankan kekerasan dan akan lebih peduli dengan budaya lokal. (and)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *